Sabtu, 28 Februari 2015

Carilah 1000 Macam Alasan maka Anda adalah Seorang Pemenang

Bukan tanpa sebab, mengapa saya menuliskan judulnya demikian, "Carilah 1000 Alasan maka Anda adalah Seorang Pemenang". Hal ini berkaitan dengan secara naluri manusia pada umumnya senang untuk terus dan terus pada semua hal atau dapat dikatakan tidak puas hanya pada satu hal dan ingin memenuhi semua kebutuhannya yang sesungguhnya terbatas. Secara hukum ekonomi hal ini dinamakan dengan istilah 'scarcity'. Oleh karenanya manusia dituntut untuk memilih diantara banyak pilihan yang paling menjadi prioritas dan kemudian muncul lah isitilah 'opportunity cost' atau biaya peluang dalam disiplin ekonomi tentunya. 

Namun sesungguhnya bukan ini yang akan saya utarakan lebih mendalam, tapi lebih kepada bagaimana mencari seribu macam alasan untuk menyenangi sesuatu. Berikut akan jadi gambaran sementara untuk pembahasan berikutnya:
1. Carilah 1000 alasan untuk menyenangi dosen mu, walau sesungguhnya mata kuliah yang beliau ajarkan dapat dikatakan tidak cukup mudah, maka perlahan kamu akan mendapatkan energi positif dari perasaan yang kamu timbulkan.
2. Carilah 1000 alasan untuk tidak membeli barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Selain tentunya dapat menghemat pengeluaran juga tak akan menyia-yiakan uang kita yang sebenarnya dapat lebih bermanfaat untuk kebutuhan penting lainnya
3. Carilah 1000 alasan untuk kembali bersemangat di tengah keterpurukan.
4. dan Carilah 1000 alasan untuk hal lainnya

Oke, sebenarnya pembahasan ini lebih kepada pengalaman saya pribadi tatkala menjumpai salah satu mata kuliah yang memang dirasa tidak cukup mudah. Hal ini juga di-iyakan oleh mahasiswa lainnya. Namun entahlah, angin segar apa yang tiba-tiba datang,  tentunya ini juga karena pengaruh Yang Maha Esa, saya pribadi mencoba mencari 1000 alasan untuk menyenangi beliau. Mencoba mencari hal positif yang ada pada dirinya.

Walau kata mahsiswa lainnya bahwa dosen ini sangatlah kaku, tak banyak senyum, kiler, dan sejuta alasan lainnya, namun dengan mencoba mencari alasan positif yang ada pada beliau. Saya temukan bahwa sesungguhnya beliau memang berbeda dari yang lainnya. Dari mencoba menimbulkan perasaan positif ini, saya merasakan adanya dorongan semangat untuk mempelajari mata kuliah yang beliau ampu.Dan memang, walau tidak cukup mudah namun bergairah dalam menjemput ilmu-Nya yang Allah perantarakan padanya. Sehingga saya pun tak menyangka pada hasil akhir yang saya terima tempo waktu. Benar-benar diluar dugaan saya sebelumnya.

Saya telah mempraktekkan hal ini pada tiga dosen sebagai bahan analisa agar benar-benar terbukti nyata, hehe lebay juga. Satu dosen sebagai variabel positif (yang saya ceritakan sebelumnya), satu dosen sebagai variabel negatif dan satu dosen lagi menjadi variabel campuran. Kini akan saya utarakan terkait dosen yang saya jadikan percobaan sebagai variabel negatif. Beliau juga mengampu mata kuliah yang tidak cukup mudah juga. Namun saya terus memikirkan hal negatif yang melekat padanya, karena memang ada sedikit hal yang membuat saya 'sebel' pada beliau. Akhirnya saya membangun perasaan negatif pada beliau dan akhinya yang saya rasakan adalah semakin merasakan kesulitan dalam mempelajari ilmu yang diajarkan. Dapat dipastikan pula, hasil akhir yang saya peroleh tempo waktu, hanya mata kuliah beliau yang hasilnya tak seoptimal mata kuliah lainnya.

Berlanjut pada salah satu dosen yang saya jadikan variabel campuran yang berarti saya timbulkan perasaan positif dan negatif pada beliau. Saya sangat segan kepada beliau, namun juga adanya perasaan negatif yang saya pribadi rasakan pula. Singkat cerita, hasil yang saya peroleh saat penentuan hasil akhir yakni, berada di tengah-tengah posisinya.

Pada percobaan lain 'carilah 1000 alasan untuk tak membeli barang yag sebenarnya tak diperlukan' juga pernah saya rasakan. Suatu ketika saya sangat menginginkan barang tertentu, namun terbesit pemikiran bahwa sebenarnya saya tak terlalu membutuhkan barang itu. Untuk lebih menguatkan, saya coba cari banyak alasan lainnya untuk tetap pada keputusan pertama yakni tak membelinya. Benar saja, syukur alhamdulillah saya benar-benar tak jadi membeli barang itu. Sampai suatu ketika ada kabar yang tak diundang kedatangannya, tiba-tiba memberi info adanya iuran untuk kegiatan wajib kampus yang besarnya setara dengan uang makan selama satu bulan. Kalau saja waktu itu benar-benar membeli barang yang saya inginkan, dapat dipastikan saya tak akan mampu membayar kegiatan yang jauh lebih banyak manfaatnya dari pada hanya membeli barang yang hanya memberi kesenangan semata.

Mengenai "carilah 1000 alasan untuk kembali bersemangat" saya pribadi masih melakukan percobaan terhadap diri sendiri. Karena saya menyadari bahwa akan ada pasang surut di tengah-tengan kehidupan yang datang silih berganti. Laut saja terjadi pasang surut setiap hari apalagi dengan manusia yang senantiasa tak mungkin hanya statis namun memerlukan kedinamisan dalam diri. Berdasarkan percobaan yang telah saya lakukan sebelumya, pada percobaan ini saya memilih untuk menjadi "the agent of change" dan tak menjadikan diri ini menjadi variabel negatifnya. Karena untuk hal ini saya rasa jauh lebih tepat jika menempatkan diri pada posisi sebagai veriabel positifnya,

Saya rasa bukan benar-benar mencari seribu alasan namun tentunya lebih diartikan mencari banyaknya alasan untuk melawan musuh sesungguhnya yakni "nafsu' kita. Sampai-sampai nafsu pun banyak masuk ke dalam hadis salah satunya yakni bahwa manusia yang kuat bukan berasal dari kekuatan fisiknya, namun manusia yang kuat adalah yang dapat enahan nafsunya. Teringat pada salah satu kajian Mamah Dedeh di salah satu stasiun televisi tentang mengapa Allah menetapkan tempat otak manusia di kepala yang posisinya tak sejajar dengan kemaluan tempat nafsu manusia. Berbeda halnya dengan hewan yang posisi otak dan nafsu sejajar. Disini dapat diambil pelajaran, bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna yang seharunya menggunakan otak dalam menyelesaikan intri-intrik kehidupan kerena memang begitulah bekal yang Allah persiapkan, bukan hanya dengan nafsu belaka yang hanya membawa manusia pada jalan yang tak diridhoi-Nya.

Semoga dengan menuliskan hal ini, terus teringatlah untuk tetap menjadikan semua orang sebagai variabel positif. Dengan begitu, mencari ilmu-Nya lebih mudah dirasakan dan tentunya semakin mudah pula mendapat barokah-Nya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisanmu bagus Hen, tapi alangkah baiknya kalo seluruh tulisan dipartisi menjadi paragraf-paragraf, jadi tidak berkesan satu halaman web penuh berisi tulisan. *saran

diah anggraheni mengatakan...

Terima kasih atas saran yang begitu membangun. InsyaAllah akan segera diterapkan di lain tulisan :)