Selasa, 17 Maret 2015

Kowe Ki Cah Medis

"Kowe ki cah medis", sebuah kalimat yang sungguh membangunkan diriku tatkala ku dengar seseorang yang mengatakan kalimat ini kepada salah seorang lainnya karena salah seorang itu dapat dikatakan kurang tanggap dalam menghadapi gejala klinis yang dia alami kala itu. Ya, memang kalimat itu tak ditujukan kepadaku, namun terbesit rasa ada yang kembali menyadarkanku akan jati diriku saat ini. Rasanya seperti terbangun dari alam bawah sadar dan sungguh membuka mata hati ini untuk benar-benar bangun. 

Bismillahirrahmanirrahim, dengan hanya mengharap ridho dari-Nya lah kaki ini tetap dan terus melangkah. Berjuang untuk orang tercinta di kampung halaman dan orang-orang tercinta lainnya yang  akan diri ini hadapi nantinya, kaum yang berjuang mencari perantara-Nya untuk sembuh dari nikmat sakit yang Allah takdirkan pada manusia yang sesungguhnya dapat menjadi salah satu kunci penghapus dosa dan menjadi kunci pahala bila dijalani dengan hati yang lapang dan sabar. Dan hanya cintalah yang menguatkan diri ini untuk bertahan demi menggapai sebuah cita dan asa yang nantinya benar-benar terakumulasi menjadi sebuah cinta yang sesungguhnya.

Minggu, 15 Maret 2015

Sepeda Onta jadi Saksi Surat Cinta Ala Mereka

Suasana syahdu di depan perpustakaan kampus yang tutup karena memang hari libur ditemani rintik hujan yang sedari tadi mengguyur kawasan ini membuat benakku melayang kepada salah seorang sahabat yang menemukan kisah cinta nya sendiri hinggga ia menemukan rasa cinta kepada Sang Pemilik Cinta yang sesungguhnya. Kisah cinta mereka memang unik. Mereka telah menjalin ini begitu lama dan masih berlangsung hingga kini. Hingga beberapa waktu lalu aku mendapat kabar bahwa mereka berdua telah menjalin komitmen. Mereka tak menamakan jalinan ini sebagai sebuah pacaran. Namun lebih kepada membangun cinta diantara mereka.

SMA Negeri 1 Kebumen khususnya tempat parkir di depan laboratorium biologi menjadi saksi bisu pengiriman surat cinta mereka berdua. Dua insan manusia, satunya sahabatku sendiri dan satunya adalah kakak tingkat tepat diatas kami. Surat cinta sebagai media saling bertukar pesan, selalu mereka sematkan di sepeda onta si lelaki, dan si perempuan akan membalas surat itu dan diletakkan pula di sepeda onta si lelaki, begitu sepanjang waktu. Hingga tak semua orang tahu akan hal ini. Padahal dapat dikatakan mereka adalah bagian dari aktifis sekolah kala itu. Yang tahu hanyalah beberapa orang yang beruntung, salah satunya aku, hihihi. Sungguh romantis kisah mereka. Hingga yang aku takjubkan adalah adanya perubahan yang luar biasa yang terjadi pada sahabatku itu tatkala telah menemukan sosok cintanya.

Selain surat cinta mereka, Al-Qur'an sampul pink juga menjadi saksi romantisme mereka. Tiap kali aku melihat Al-Qur'an itu, sungguh dibuat merinding dan haru biru diri ini. Tahukah, yang membuat mereka benar-benar berkomitmen adalah, masing-masing dari mereka telah diperkenalkan kepada keluarganya masing-masing. Kini mereka berada di kampus impian mereka berdua, kembali merajut cita-cita yang kemudian merealisasikan cita menuju cinta. 
#Kawan, ku doakan kalian berdua saling menjaga hati kalian masing-masing sampai benar-benar jalan halal yang akan di tempuh oleh kalian berdua. Sungguh hati ini dibuat senang, gembira, iri akan keromantisan kalian dan membuat diri ini juga berdoa agar diri ini diberi kekuatan dalam menanti seseorang dan terus berjuang dalam proses memantaskan diri.

Hampir Lama Tak Bisa

Tulisan ini ku buat disela-sela beberapa tumpukan tanggung jawab diri ini pada orang tua yang ada di kampung sana. Lama diri ini tak dapat menuliskan apapun bukan tanpa sebab, mulai dari sebab yang dianggap cukup klise sampai sebab yang memang bisa jadi dianggap sebagai sebuah alasan tersendiri. Kini terlintas beberapa ide di otak pemberian Allah ini yang segera meminta untuk ku tulisakan sebelum hilang menguap dan sebelum diri ini berkutat dengan yang lainnya.

Beberapa hari ini banyak hal yang datang silih berganti. Berganti, kemudian sebagian ada yang datang lagi dan sebagian tidak. Hal-hal inilah yang membuatku tersadar akan sesuatu yang sebelumnya memang pernah terjadi padaku, namun entah mengapa diri ini kembali mengulang hal yang dapat dianggap sama. Hanya dengan cinta dari-Nya lah diri ini mengharap pelukan erat-Nya agar tak kembali lagi ke jurang kehidupan yang sama. Sungguh, beberapa hari ini pula aku menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah lama aku ajukan pada diriku sendiri tentang sesuatu yang aku jalani saat ini. Dengan mengucap syukur yang tiada tara diri ini sampaikan kepada Pemilik Nikmat, akhirnya setelah beberapa lama menunggu, tersajilah sebuah jawaban yang terlontar dari seseorang yang luar biasa. Wanita muslimah nan cantik parasnya, pintar dan sholihah, insyaAllah.

Beberapa hari ini pula, sebuah rencana indah terlintas di benak, namun sengaja belum aku realisasikan karena beberapa pertimbangan yang akan aku lihat terlebih dahulu sebelum benar-benar ku putuskan untuk direalisasikan. Dan sampai pada tulisan ini diterbitkan di blog ku, aku masih belum yakin akan rencanaku itu. Bermimpi membantu orang-orang terkasih di kampung sana, namun masih belum menemukan keyakinan pasti di tengah-tengah hiruk pikuk mempersiapkan masa depan.
Ya Allah ku panjatkan pinta kepada-Mu, agar diri ini diberi kekuatan bukan kemudahan dalam menjalani hidup dan mempersiapkan hidup yang lebih kekal nantinya. Juga kekuatan untuk tetap berada di jalan-Mu, karena sesungguhnya jika berada di jalan-Mu, semua akan terasa indah dijalani dan diresapi.

Doa Seorang Prajurit pada Puteranya

Tuhanku, Allahu Rabbi, bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia lemah. Dan cukup  berani untuk menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut. Manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan, rendah hati dan jujur dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi seseorang yang kuat dan mengerti, bahwa mengetahui serta mengenal diri sendiri adalah dasar dari segala ilmu yang benar.

Tuhanku, Allahu Rabbi, janganlah puteraku Kau bimbing pada jalan yang mudah dan lunak. Biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang dan desak kesulitan tantangan hidup. Bimbinglah puteraku, supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai, serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh.

Bentuklah puteraku, menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit. Seorang manusia yang sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum memimpin orang lain.
Seorang manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lampau. Dan setelah segala menjadi miliknya, semoga puteraku dilengkapi hati yang ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh namun jangan sekali-kali berlebihan.

Berikan kepadanya kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari kekuatan yang sebenarnya sehingga aku, orang tuanya, akan berani berkata, “Hidupku tidaklah sia-sia.”

Selasa, 03 Maret 2015

Malu pada Diri Sendiri

Sengaja aku tuliskan disini semata-mata agar diri ini dapat terus mengingat akan hal ini. Sungguh malu rasanya diri ini telah mengeluh tatkala melihat ada jam kuliah malam. Yang aku bayangkan sebelumnya adalah perasaan aneh saat akan berangkat ke kampus. Bagaimana tak merasakan aneh? Disaat semua mahasiswa telah pulang dan mempersiapkan segalanya dimalam hari, justru aku baru berangkat ke kampus untuk jam kuliah. Memang pulang sore adalah rutinitas bagi kebanyakan, namun yang membuat aku merasakan aneh adalah karena jam kuliah baru mulai pukuk 18.00. Tentunya yang aku pikirkan adalah bagaimana sholat maghribnya dan segudang pemikiran yang dengan garangnya menyerbu otak ini. Alhasil belum saja dijalani, namun sudah berpikir macam-macam. Inilah poin pertama yang tak seharusnya ada, karena jangan sampai menilai sesuatu yang tentunya penilaian buruk sebelum kita menjalaninya.

Benar saja, dalam mengatur sholat maghrib bisa lah diatur sedemikian rupa, sehingga tak akan dijadikan kerugian bagi mahasiswa dan tentunya sang dosen. Yang membuat diri ini sungguh malu karena masih sangat muda namun semangatnya telah dikalahkan total oleh sosok dokter yang merangkap menjadi single parents, beliau dr. Rusnita. Sosok ibu muda yang aku sempat penasaran, mengapa semuda ini telah menjadi single parents? Dua dugaan pun muncul di otak ini. Dan memang dugaan keduaku lah yang tepat, yakni ditinggalkan oleh suaminya. Sungguh miris mendengar hal seburuk ini. Dengan fakta inilah akhirnya beliau membanting tulang sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri dan dua orang anaknya. Sebelumnya pernah terlintah di benakku bahwa profesi dokter pasti sangat menjanjikan dan juga pasti sebuah pekerjaan yang enak.

Pikiranku ini ternyata salah kaprah setelah mendengar cerita beliau. Aku membayangkan betapa anak-anak beliau pasti sering kali merindukan ibunya karena hampir seharian hanya rumah sakit, poliklinik, laboratorium, dan kampuslah tempat sang ibu berada, bukan di rumah. Dengan bayaran bagi seorang dokter yang baru saya rasakan bahwa itu sangatlah sedikit untuk sebuah amanah tugas jaga 24 jam. Rumah hanya dijadikan sebuah bangunan kokoh tempat kerinduan akan kebersamaan. Namun dokter yang satu ini bagiku adalah seorang superwoman. Bagaimana tidak? Sering kali saat dirinya benar-benar tak dapat menyinggahi rumahnya, maka pilihannya adalah membawa serta dua buah hatinya ke tempat kerja. Bukan tanpa alasan pastinya mengapa beliau memilih hal demikian. Sebagai sesama seorang perempuan akupun bisa meresakan bahwa tak akan pernah sampai hati pastinya meninggalkan anak-anak tercinta, lama tak mengobrol dengan mereka, mendengarkan semua keluh kesah mereka, menemani belajar dan semua aktifitas yang terjalin erat antara ibu dan anak, terlebihn ikatan ini telah terbangun sejak lama tatkala mereka belum hadir ke dunia dan masih ada di perut sang bunda. Hal ini tak terlepas dari naluri seorang wanita yakni lebih mengedepankan sisi perasaannya di bandingkan dengan logikannya. Terkadang perasaanlah yang mengalahkan logika berpikir seorang wanita tatkala terjadi sesuaatu dengan orang-orang yang dicintainya.

Hal lain yang membuat diri ini sungguh malu pada beliau adalah semangatnya pada semua hal yang dijalaninya. Karena bagi beliau dengan semangat, semua yang dirasa sangat tak mungkin dan susah pasti akan akan ada jalan menyelesaikannya. Semangat inilah yang aku dapatka kala beliau menceritakan pengalaman nya saat menempuh pendidikan spesialis. Bukan tanpa sebab mengapa hanya semangat dan nekat yang beliau punya. Disaat beliau menempuh pendidikan spesialisnyalah sang suami meninggalkan beliau begitu saja dengan dua orang buah hati mereka. Bagaimana tak akan membuat ketar-ketir perasaan, logika, dan tentunya fisik? 

Dengan fakta ini menandakan bahwa semua tenggungan anak menjadi milik pribadinya sekarang. Masalah tenggungan sudah menjadi pikiran belum lagi pendidikan spesialisnya yang baru saja ia jalani. Intinya adalah kebutuhan finansial. Semangatlah yang telah membawa ke jalan keluar. Beliau dengan gigih bekerja sampai aku pikir itu benar-benar hampir tak waras karena harus bekerja dibanyak tempat dengan waktu hampir penuh 24 jam setiap hari. Mengapa hal ini aku pikir sebagai hal yang tak waras? Ya, karena, beliau seorang wanita yang secara fisik tak akan sekuat seorang pria. namun nyatanya degan bermodal semangat beliau masih menjalani rutinitas ini sampai detik ini. Semangat beliau pun dikerahkan tatkala masih menjalani pendidikan. Bertambah malunya diri ini tatkala mendengar bahwa semua biaya pendidikan dan penelitian beliau adalah gratisss, karena beliau mengusahakan melamar beasiswa ke banyak perusahaan. Inilah yang membuat diri ini dikalahkan total, dan membuat diri ini berpikir sejenak. Ternyata semangatku belum ada apa-apanya.

Semua yang Tercipta Oleh-Nya Pasti Ada Alasannya

Judul ini secara tak senggaja aku temukan hikmahnya tatkala ku dapatkan salah satu mata kuliah di kampus. Sungguh baru sadar akan semua kebesaran-Nya yang telah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya yang hanya melafalkan kalimat "kun fayakun" maka jadilah apa yang Allah inginkan. Tentunya semua yang telah diciptakan-Nya membawa banyak manfaat bagi kehidupan. Hanya yang benar-benar memikirkannya lah yang dapat merasakan dengan sebaik-baiknya. Allah ciptakan mata, pasti ada manfaatnya, Allah ciptakan bumi dan langit tentu punya alasan tersendiri yang tak akan pernah jauh dari manfaat untuk makhluk-Nya.
Allah telah ciptakan apa yang Dia inginkan dalam berbagai ukuran, mulai yang tapak oleh mata manusia sampai yang tak tampak oleh mata menusia karena ukurannya yang diluar batas kemampuan mata manusia dapat melihat.

Pernah terbayangkan tidak jika makhluk kecil bernama bakteri yang ukurannya 1 mm masih terbagi lagi menjadi 1000 dapat terlihat oleh mata kita tanpa bantuan alat? Padahal makhluk yang satu ini terdapat dimana-mana. Mulai di udara, tubuh kita, alat-alat keseharian yang biasa kita pakai, pakaian, makanan, minuman, di sudut-sudut ruangan dan semua tempat dan benda yang ada di sekeliling kitalah tempat sang bakteri ada. Memang bakteri terdapat dua golongan, tentunya bakteri yang baik dan bakteri yang dapat menimbulkan masalah klinis atau disebut dengan istilah bakteri patogen.

Tapi coba sejenak kita bayangkan bersama jika ukuran mereka ditakdirkan Allah dapat dilihat oleh mata kita tanpa bantuan alat? Dapat dipastikan semua manusia yang ada di bumi takut mengkonsumsi makanan, minuan, melakukan aktivitas dan semua kegiatan manusiawi lainnya yang tentunya disanalah semua bakteri ada. Saya baru berpikir tentang hal ini tadi setelah mencoba menelaah apa yang dikatakan oleh dosen.

Dan benar adanya bahwa Allah menciptakan semuanya pasti ada sisi baiknya, tak mungkin bertujuan selain sisi kebaikan. Hanya saja manusia lah yang sering lalai dalam memanfaatkan apa yang telah diciptakan oleh Allah, sehingga yang sebelumnya diniatkan oleh Allah untuk hal kebaikan, justru disalah gunakan kegunaannya sehingga mudharatlah yang akan tercipta.
Hanya dari makhluk bernama bakteri saja kita dapat belajar banyak hal, terlebih pada semua hal yang telah Allah ciptakan. Inilah salah satu nasihat bagi diri kita, terlebih bagi diri ini.