Kamis, 26 Mei 2016

BERSABAR

Sebagian mahasiswa mungkin sudah ada yang memulai liburan panjangnya setelah sebelumnya menempuh perjuangan ujian akhir semester. Atau bahkan sudah ada yang pulang kampung...

"Sabarlah, kamu juga akan seperti mereka kok..."
Kalimat yang berusaha menjadi penghibur tatkala perasaan homesick tiba-tiba muncul.

..............................

Lama sekali rasanya aku tak menuliskan sesuatu disini. Ku singgahi hanya untuk melihat tulisan terakhir yang termuat. Ingin rasanya menulis sesuatu, namun entahlah kenapa juga tak kunjung ada barang satu tulisan pun yang tertulis.

Alhamdulillah kembali ada hasrat untuk menulis lagi.

Homesick, sebuah kata yang didalamnya tersirat banyak makna perasaan. Ada kangen, jenuh, dan berbagai perasaan lainnya yang membuat hati berasa seperti permen nano-nano. 

Penyakit satu ini sedang berusaha aku taklukan dengan pertolongan Allah tentunya. Ya, beginilah kawan. Disini aku sedang menghadapi pekan ujian praktikum aktif dan pasif, menghadapi presentasi teori dan ujungnya nanti adalah ujian akhir semester. Yang bila dikira-kira maka aku akan pulang InsyaAllah beberapa hari sebelum lebaran.

Bulan puasa mendatang InsyaAllah tidak jauh berbeda dengan bulan puasa tahun lalu. Yang artinya, sebagian besar waktu puasa aku habiskan di sini. Ingin rasanya bisa menjalankan ibadah ini bersama orang-orang tercinta di kampung sana. 

Inilah angan-angan. 


Tentang ujian praktikum, alhamdulillah baru aku lewati 2 materi, yang artinya aku tinggal menempuh 5 materi lagi. Bismillah, hanya ridho Allah yang aku harapkn dari semua ini.

Tahukah kawan, dari ujian praktikum kimia klinik III yang lalu, ini kali pertama aku mendapatkan sampel rumah sakit yang benar-benar tak seperti biasanya. Dalam ujian ini memang tak hanya satu sampel saja yang diujikan. Urin, cairan transudat-eksudat dan cairan otak atau LCS. Yang kumaksud tak seperti biasanya adalah sampel urin. 

Sungguh, baunya benar-benar memekakkan hidung, dan diantara berbagai parameter pemerikasaan terlihat betapa banyak makhluk-makhluk bergerak tatkala dilihat dibawah mikroskop. Yang artinya, sampel ini sangat patologis..

Yaa Rabb, makhluk kecil-kecil ini adalah ciptaan Mu.










Selasa, 26 Januari 2016

Hikmah dari Sebuah Souvenir


Senandung Cinta
Pernikahan atau perkawinan, membuka tabir rahasia
Suami yang menikahimu, tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrohim as, pun tidak setabah Ayyub as
Atau pun segagah Musa as, apalagi setampan Yusuf as
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman
Yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholih….

Pernikahan atau perkawinan mengajarkan kita kewajiban bersama
Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya
Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya
Suami bagai balita yang nakal, kamu adalah penuntun kenakalannya
Saat suami menjadi raja, kamu menikmati anggur singgasananya
Ketika suami menjadi bisa, kamulah obat penawarnya
Seandainya suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya

Pernikahan atau perkawinan mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan ridho Allah SWT
Karena memiliki suami yang tak segagah mana
Justru kamu akan tersentak dari alpa
Kamu bukanlah Khodijah yang begitu sempurna di dalam menjaga
Pun bukan Hajar yang begitu setia dalam sengsara
Kamu hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha menjadi sholihah
Aamiin 
.........................................................................................


Sebuah petikan nasihat yang aku dapatkan dari souvenir pernikahan salah satu wanita hebat nan menginspirasi, Mbak Maulina Nugraheni. Sarat akan hikmah yang bisa dituai oleh siapapun yang tengah berjuang untuk membangun keluarga sakinah, mawaddah & warahmah juga untuk siapa saja yang tengah berjuang pula untuk memantaskan diri sebelum tabir rahasia terbuka oleh kuasa Sang Pemilik Cinta Sejati.

Minggu, 17 Januari 2016

Teh VS Kopi

Kedua jenis minuman yang mengandung banyak kafein ini memang sudah menjadi bagian dari keseharian bagi banyak kalangan, mulai kalangan bawah, menengah hingga atas. Minuman yang tidak memandang strata penikmatnya. Berkat kecanggihan teknologi, kini banyak teknik-teknik baru dalam mengolah kedua jenis varietas unggulan negara ini hingga menghasilkan cita rasa yang beragam dan menambah kesan labih saat menikmati . 

Tapi, kali ini yang akan saya tuliskan disini bukan mengenai bagaimana teknologi pengolahan atau perkembangan terbaru kedua tanaman ini, namun lebih pada curhatan hati saya tentang salah satu dari mereka.
Hehe, dari awal kelihatan ilmiah banget, tapi ujung-ujungnya cuma curcel.
Yaeeelahhhh…

Oke, guys kita mulai curcel sesi pertama, tentang teh.
Konon katanya, orang-orang provinsi Jawa Tengah khususnya Solo dan provinsi Yogyakarta mempunyai kebiasaan unik setiap pagi hari, yakni minum teh. Itu pasti, pasti di setiap pagi. Ini sudah saya buktikan sendiri.
Senin pagi, teh.
Selasa pagi, teh.
Rabu pagi, juga teh.
Pokoknya setiap pagi di hari apapun itu pasti teh.
Pernah saya tanyakan ini kepada salah seorang penduduk tanah Solo,
“Budhe, kenapa ta nek pagi-pagi itu wong Solo senengane nek ngunjuk mesti ya teh?”
“Lha yo mbuh Hen, senengane pancen ngana kawit ndek mben.”
Hmmm, sesuatu yang telah menjadi budaya yang mendarah daging ternyata.

Oke, kita lanjut sesi curcel saya yang kedua, yakni tetang si hitam manis alias kopi.
Kebanyakan yang minum jenis minuman ini adalah para lelaki. Bila dibuat perbandingan dengan wanita yang senang mengkonsumsi kopi maka didapatkan sekitar 3:1, tapi perbandingan yang tuliskan ini  cuma kira-kira aja sih, hehe . Kalau saya jelas masuk dalam golongan yang satu ini. Yappz, golongan penikmat kopi. Saya mempunyai beberapa alasan kenapa saya lebih memilih menjadi anggota dari genk ini. 

Jreenggg -jreeeengggg …….

Pertama. Dibandingkan teh, menurut saya kopi adalah minuman yang membuat penikmatnya menjadi ketagihan. Abisnya, enak sih :D. Yang saya tahu dari hal ini, jelas karena kandungan kafein pada kopi lebih tinggi dari pada teh dan tentunya kafein ini memiliki efek membuat ketagihan. 

Kedua. Dibandingkan teh juga, kopi adalah sahabat setia untuk menemani begadang di malam hari. Tapi, eeiiits hati-hati. Jangan terlalu berlebihan yaa, karena bisa membuat mata kita menjadi tak mau merem alias nggak bisa tidur sama sekali. Hal ini pernah saya rasakan sendiri, saking nafsunya mau begadang, buat kopinya agak kurang perhitungan dalam penentuan komposisi antara gula dan kopinya, alias kebanyakan kopi dibanding gula nya. Tapi tetap saja saya babat habis dan tetap meninggalkan jelaganya meski pahit sebenarnya. Alhasil efek yang saya dapatkan benar-benar begadang hingga pagi menjelang. Meski tubuh ini meronta-ronta minta diistirahatkan, namun mata tetap saja ngeyel melek terus-terusan. Akhirnya cuma bisa gulang-guling dikasur tanpa sedikitpun bisa tidur. So, berlebihan memang tak baik, yang sedang-sedang saja yaa….

Yaappzz, itulah dua alasan saya kenapa saya mencintai si hitam manis alias kopi. Tapi kalau adanya teh (lebih-lebih kalau dibuatkan) sih tetap senang-senang saja, nggak bakal nolak kok, paling-paling yang saya sisakan cuma gelasnya, alias bakalan habis juga, hehe.

Sambutan Hangatmu Kala Aku Pulang

Ada banyak hal yang aku rindukan ketika lama tak bisa pulang ke rumah. Salah satunya pelukan hangat keponakan terlucuku untuk saat ini yang kerap kali mengejutkan. Pelukan yang selalu dia berikan ketika pertama kali tahu kalau tantenya yang cantik ini pulang, hehe. Pelukan tanda ucapan selamat datang sembari menanyakan, 
Te Hen, kenapa nggak pulang-pulang ke rumahnya Uti sama Kakung? Padahal Mamas sering nunggu Te Hen, tapi Te Hen nggak pulang-pulang.”      

Tahukah bagaimana perasaannya ketika mendengar langsung perkataan jujur dari mulut laki-laki kecil ini? Bahagia, terharu dan perasaan membuncah lainnya yang membuat hati siapapun menjadi luluh karenanya. Seketika itu pula banyak kontrak yang harus kulakukan bersamanya.
“Mau mandi sama siapa?”
“Te Hen.”
“Mau makan sama siapa?”
“Te Hen”

Dan banyak kontrak lainnya yang bila aku tulis maka akan menjadi seperti naskah drama nantinya. Bahkan, seringkali aku dibuat sibuk mondar-mandir olehnya. Iya, mondar-mandir untuk masak atau pekerjaan rumah lainnya dan menemani dia bermain. Jika aku berlama-lama pada pekerjaan rumah maka akan terjadi babak kedua dalam drama,
“Te Hen, kesini???”
“Sebentar Mas Reyhan, tante lagi masak…”
“Jangan lama-lama.”
“Iya, sebentar lagi...”

Itulah salah satu kesibukan baruku ketika aku pulang. Kesibukan yang justru membuat kerinduan yang mendalam bila tak kunjung bisa pulang….


Sesuatu yang Sulit Kudapatkan Disini

Hampir sebagian besar waktu ku habiskan di kota ini sekarang. Yaa, karena aku kini sudah menjadi anak rantau dan tentu saja rumah kedua buatku disini adalah kost. Lain hal nya jika aku berada di Kebumen, tentu saja rumah pertamaku yaaa rumahku itu. Di tempatku belajar sekarangpun aku juga merasa kesulitan mendapatkan sesuatu itu. Lain halnya ketika SMA dulu, hampir setiap hari aku bisa mendapatkannya.
Sesuatu yang kumaksudkan disini adalah sesuatu yang sederhana di mata orang. Namun tidak bagiku. Karena dengannya lah aku bisa merasakan kedamaian dan ketenangan. Dengannya pula seringkali aku merasa takjub dengan kekuasaan-Nya. Memandanginya pun membuat ku tersadar akan kecilnya diriku ini di mata Allah. 


Sesuatu itu yakni melihat langit yang dihiasi indahnya awan


Ketika SMA dulu sering kuhabiskan waktuku untuk memandanginya sembari duduk di depan kelas kala istirahat, di lapangan, di mushola kala selesai sholat, bahkan memandangi langit sore kala enggan pulang lebih awal ke rumah, tentunya dengan kegemaranku yakni ngobrol. Ngobrol dengan teman seangkatan atau bahkan adik kelas. Jarang kunikmati hal ini ketika ngobrol bersama kakak tingkat. Entahlah kenapa bisa begitu. Rasa-rasanya ketika ngobrol dengan mereka,  hati kecilku sulit terbawa serta.
Memandangi langit memang menjadi salah satu hal favoritku. Di rumahpun sama. Hal ini sering kulakukan kala aku bosan. Bosan dengan rutinitas, atau kala aku butuh menyendiri. Di teras rumahlah tempat yang sering kujadikan tempat “semedi” ku. 


Yaaa, itu kala aku masih menghabiskan sebagian besar waktuku disana. Kini, di tempatku sekarang ini, hal itu sangat sulit kudapatkan. Selain karena bangunan yang tinggi juga karena memang sudah berbeda rutinitas yang kujalankan sekarang. Misalnya saja di kost, sangat sulit aku bisa memandangi langit lama-lama. Aku bisa melihatnya tatkala antri kamar mandi di pagi & sore hari  atau saat sedang menjemur pakaian. Ini karena, kamarku disini letaknya di bawah, tidak dilantai atas. Secara otomatis akses untuk memandang langit luas sangatlah minim. 


Lain halnya ketika di kampus. Aku hanya bisa menikmati ini tatkala aku di masjid kampus. Itupun tak bisa berlama-lama. Disanalah ada satu tempat favorit yang bisa kujadikan tempat “semedi” ku. Namun, lagi-lagi karena memang rutinitas yang dijalankan disini sudah berbeda dari yang dulu, kegiatan favoritku ini sulit terlaksana. Seringkali memang aku duduk-duduk di depan laboratorium, hampir setiap hari malah. Tapi ya itu, waktu yang ku habiskan di tempat itu hanyalah untuk “berkomat-kamit” melafalkan dzikir-dzikir materi pre-test sembari menunggu jam kuliah praktikum. 


Inilah alasan mengapa kusematkan judul “Sesuatu yang Sulit Kudapatkan Disini” di tulisan ini. O ya, kegemaranku ini ternyata juga menjadi kegemaran ‘Aisyah r.a isteri Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar Ash-Shidiq. Aku tahu hal ini setelah kuselesaikan membaca buku biografi tentang beliau, ‘Aisyah r.a. Mereka senang sekali menghabiskan waktu bersama untuk memandangi langit di pagi hari maupun saat petang datang. Semburat warna biru dan orange yang sebenarnya kontras, namun karena dilukiskan oleh Yang Maha memiliki keindahan, jadilah fenomena ini begitu menakjubkan. Tak ubahnya dengan pemandangan langit malam hari. Sungguh, bentuk keindahan yang Allah tawarkan kepada manusia agar manusia bisa berpikir dengannya. 
Maka, nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu dustakan?”, ayat Al-Qur’an yang sering diulang-ulang dalam Q.S Ar-Rahman. Memang benar adanya, begitu banyak kenikmatan yang telah Allah berikan pada hamba-Nya. Namun banyak hamba yang kurang bersyukur atau bahkan mengkufuri nikmat. Inilah nasihat yang pantas disematkan pada diriku ini. 


Ada satu hal yang aku impikan, yakni memiliki rumah yang mempunyai akses luas untuk menyalurkan kegemaranku ini bersama seseorang yang menggenapkan separuh agamaku dan malaikat-malaikat kecil kami nanti. Tak perlu megah, tak perlu mewah. Rumah sederhana yang dipenuhi cinta karena Allah, sudah cukup bagiku untuk merasakan indahnya kebahagiaan. Di temani semilir angin, hijau dan rindangnya pepohonan,  aku ingin menghabiskan waktu bersama untuk saling bercengkerama dan berbagi cerita kehidupan bersama mereka.