Minggu, 17 Januari 2016

Sesuatu yang Sulit Kudapatkan Disini

Hampir sebagian besar waktu ku habiskan di kota ini sekarang. Yaa, karena aku kini sudah menjadi anak rantau dan tentu saja rumah kedua buatku disini adalah kost. Lain hal nya jika aku berada di Kebumen, tentu saja rumah pertamaku yaaa rumahku itu. Di tempatku belajar sekarangpun aku juga merasa kesulitan mendapatkan sesuatu itu. Lain halnya ketika SMA dulu, hampir setiap hari aku bisa mendapatkannya.
Sesuatu yang kumaksudkan disini adalah sesuatu yang sederhana di mata orang. Namun tidak bagiku. Karena dengannya lah aku bisa merasakan kedamaian dan ketenangan. Dengannya pula seringkali aku merasa takjub dengan kekuasaan-Nya. Memandanginya pun membuat ku tersadar akan kecilnya diriku ini di mata Allah. 


Sesuatu itu yakni melihat langit yang dihiasi indahnya awan


Ketika SMA dulu sering kuhabiskan waktuku untuk memandanginya sembari duduk di depan kelas kala istirahat, di lapangan, di mushola kala selesai sholat, bahkan memandangi langit sore kala enggan pulang lebih awal ke rumah, tentunya dengan kegemaranku yakni ngobrol. Ngobrol dengan teman seangkatan atau bahkan adik kelas. Jarang kunikmati hal ini ketika ngobrol bersama kakak tingkat. Entahlah kenapa bisa begitu. Rasa-rasanya ketika ngobrol dengan mereka,  hati kecilku sulit terbawa serta.
Memandangi langit memang menjadi salah satu hal favoritku. Di rumahpun sama. Hal ini sering kulakukan kala aku bosan. Bosan dengan rutinitas, atau kala aku butuh menyendiri. Di teras rumahlah tempat yang sering kujadikan tempat “semedi” ku. 


Yaaa, itu kala aku masih menghabiskan sebagian besar waktuku disana. Kini, di tempatku sekarang ini, hal itu sangat sulit kudapatkan. Selain karena bangunan yang tinggi juga karena memang sudah berbeda rutinitas yang kujalankan sekarang. Misalnya saja di kost, sangat sulit aku bisa memandangi langit lama-lama. Aku bisa melihatnya tatkala antri kamar mandi di pagi & sore hari  atau saat sedang menjemur pakaian. Ini karena, kamarku disini letaknya di bawah, tidak dilantai atas. Secara otomatis akses untuk memandang langit luas sangatlah minim. 


Lain halnya ketika di kampus. Aku hanya bisa menikmati ini tatkala aku di masjid kampus. Itupun tak bisa berlama-lama. Disanalah ada satu tempat favorit yang bisa kujadikan tempat “semedi” ku. Namun, lagi-lagi karena memang rutinitas yang dijalankan disini sudah berbeda dari yang dulu, kegiatan favoritku ini sulit terlaksana. Seringkali memang aku duduk-duduk di depan laboratorium, hampir setiap hari malah. Tapi ya itu, waktu yang ku habiskan di tempat itu hanyalah untuk “berkomat-kamit” melafalkan dzikir-dzikir materi pre-test sembari menunggu jam kuliah praktikum. 


Inilah alasan mengapa kusematkan judul “Sesuatu yang Sulit Kudapatkan Disini” di tulisan ini. O ya, kegemaranku ini ternyata juga menjadi kegemaran ‘Aisyah r.a isteri Rasulullah dan ayahnya, Abu Bakar Ash-Shidiq. Aku tahu hal ini setelah kuselesaikan membaca buku biografi tentang beliau, ‘Aisyah r.a. Mereka senang sekali menghabiskan waktu bersama untuk memandangi langit di pagi hari maupun saat petang datang. Semburat warna biru dan orange yang sebenarnya kontras, namun karena dilukiskan oleh Yang Maha memiliki keindahan, jadilah fenomena ini begitu menakjubkan. Tak ubahnya dengan pemandangan langit malam hari. Sungguh, bentuk keindahan yang Allah tawarkan kepada manusia agar manusia bisa berpikir dengannya. 
Maka, nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu dustakan?”, ayat Al-Qur’an yang sering diulang-ulang dalam Q.S Ar-Rahman. Memang benar adanya, begitu banyak kenikmatan yang telah Allah berikan pada hamba-Nya. Namun banyak hamba yang kurang bersyukur atau bahkan mengkufuri nikmat. Inilah nasihat yang pantas disematkan pada diriku ini. 


Ada satu hal yang aku impikan, yakni memiliki rumah yang mempunyai akses luas untuk menyalurkan kegemaranku ini bersama seseorang yang menggenapkan separuh agamaku dan malaikat-malaikat kecil kami nanti. Tak perlu megah, tak perlu mewah. Rumah sederhana yang dipenuhi cinta karena Allah, sudah cukup bagiku untuk merasakan indahnya kebahagiaan. Di temani semilir angin, hijau dan rindangnya pepohonan,  aku ingin menghabiskan waktu bersama untuk saling bercengkerama dan berbagi cerita kehidupan bersama mereka.


Tidak ada komentar: